MUSEUM JUANG 45 SURABAYA
Surabaya sebagai Kota Pahlawan memiliki Museum Juang 45. Letaknya berlokasi di Jl. Mayjend Sungkono No. 106 Surabaya. Dalam area Museum Juang 45 ini terdiri dari beberapa lokasi, antara lain :
Gedung Juang 45
Gedung Juang 45 diresmikan Presiden Soeharto pada tanggal 17 April 1993. Selain berfungsi sebagai Kantor Dewan Harian Daerah (DHD) 45 Provinsi Jawa Timur juga sebagai pendukung keberadaan organisasi ini dalam usahanya mengumpulkan data otentik yang berkaitan dengan sejarah perjuangan bangsa dan mempertahankan identitas Surabaya sebagai kota Pahlawan, yang mencerminkan jiwa semangat dan nilai 45.
Gedung ini terdiri dari 3 lantai, pada lantai 1 merupakan ruang utama atau lobi untuk menerima tamu-tamu penting. Di tengah ruangan berdiri patung Kolonel Sungkono yang berjuang pada masa revolusi dan akhirnya menjadi pimpinan Angkatan Bersenjata divisi Jawa Timur.
Bentuk bangunan yang artistik memiliki arti filosofi perjuangan bangsa dan misi generasi 45. Pada bagian depan terdapat ukiran yang bebentuk kolom yang melambangkan bambu runcing yakni senjata tradisional yang digunakan dalam perang revolusi tahun 45. Pada bagian depan terdapat ukiran yang berbentuk kolom yang melambangkan bambu runcing merupakan senjata tradisional yang digunakan dalam perang revolusi tahun 45. Sisi kiri dan kanan ruang utama disediakan ruangan untuk eksebisi maupun kegiatan lainnya. Pada lantai 3 dengan kapasitas 1000 orang dapat digunakan untuk pesta perkawinan atau resepsi, seminar, konferensi dan lain-lain.
Dalam Museum Juang 45 terdapat koleksi :
a. Benda bersejarah : Meja dan kursi Panglima Sudirman dan Ir. Soekarno
b. Photo-photo perjuangan tahun 1945.
c. Patung Mayjen Sungkono
d. Rumah Adat Irian
Gedung ini terdiri dari 3 lantai, pada lantai 1 merupakan ruang utama atau lobi untuk menerima tamu-tamu penting. Di tengah ruangan berdiri patung Kolonel Sungkono yang berjuang pada masa revolusi dan akhirnya menjadi pimpinan Angkatan Bersenjata divisi Jawa Timur.
Bentuk bangunan yang artistik memiliki arti filosofi perjuangan bangsa dan misi generasi 45. Pada bagian depan terdapat ukiran yang bebentuk kolom yang melambangkan bambu runcing yakni senjata tradisional yang digunakan dalam perang revolusi tahun 45. Pada bagian depan terdapat ukiran yang berbentuk kolom yang melambangkan bambu runcing merupakan senjata tradisional yang digunakan dalam perang revolusi tahun 45. Sisi kiri dan kanan ruang utama disediakan ruangan untuk eksebisi maupun kegiatan lainnya. Pada lantai 3 dengan kapasitas 1000 orang dapat digunakan untuk pesta perkawinan atau resepsi, seminar, konferensi dan lain-lain.
Dalam Museum Juang 45 terdapat koleksi :
a. Benda bersejarah : Meja dan kursi Panglima Sudirman dan Ir. Soekarno
b. Photo-photo perjuangan tahun 1945.
c. Patung Mayjen Sungkono
d. Rumah Adat Irian
Monumen Perjuangan 45
Monumen Perjuangan 45 didirikan untuk memperingati perjuangan para Pejuang 45. Bagian-bagian maupun relief dari monumen tersebut masing-masing mempunyai arti, yaitu:
- Patung Kelompok Pejuang yang melambangkan perjuangan Bangsa Indonesia berasal dari segala lapisan masyarakat
- Patung Kuncup Bunga Melati melambangkan Generasi Muda yang akan melanjutkan jiwa dan semangat perjuangan Bangsa Indonesia
- Relief-relief pada dinding-dinding yang menyerupai daun bunga menggambarkan peristiwa-peristiwa dari permulaan Hari Kebangkitan Nasional sampai peristiwa terakhir pada saat dibangunnya Monumen Perjuangan 45
Relief1950
Menggambarkan beberapa pergolakan dan gerakan yang menentang Pemerintah Republik Indonesia dan dikeluarkannya Dekrit Presiden (7 Juli 1959) 1908
Menggambarkan tokoh-tokoh Pimpinan Pergerakan/Organisasi yang menentang Belanda (Kebangkitan Nasional, 20 Mei 1908) 1928
Menggambarkan berkumandangnya Sumpah Pemuda (20 Oktober 1928) dan pergerakan berikutnya untuk mencapai Indonesia Merdeka 1945
Menggambarkan semangat perjuangan pada saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan gigihnya mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia (17 Agustus 1945) 1966
Menggambarkan Kesaktian Pancasila dan Keunggulan Orde Baru/Orde Pancasila/ Orde Pembangunan |
Gerbong Maut
Gerbong Maut menjadi saksi bisu meninggalnya 38 pejuang. Gerbong Maut adalah salah satu dari tiga rangkaian gerbong kereta pengangkut pejuang kita yang ditawan Belanda.
Pada Sabtu, 23 November 1947 pukul 04.00 WIB, sebanyak 20 orang rakyat desa, 30 orang dari kelaskaran rakyat dan gerakan bawah tanah, 30 orang anggota TRI dan 20 orang tahanan rakyat serta polisi dibangunkan secara kasar lalu dikumpulkan di depan penjara. Pukul 05.30 WIB tahanan tiba di Stasiun Kereta Api Bondowoso. Sebanyak 32 orang masuk gerbong pertama yang bernomor GR 5769; 30 orang ke gerbong kedua yang bernomor GR 4416, sisanya berebutan masuk ke gerbong yang terakhir bernomor GR 10152 karena panjang dan masih baru. Setelah menempuh perjalanan selama 16 jam, Gerbong Maut sampai di Stasiun Wonokromo. Jam menunjukkan pukul 20.00 WIB. Setelah didata, di gerbong I No. GR 5769 sebanyak 5 sakit keras, 27 orang sehat tapi kondisi lemas lunglai, Gerbong II No. GR.4416 sebanyak 8 orang meninggal, 6 orang sehat, dan di Gerbong III No. GR. 10152 seluruh tawanan sebanyak 38 orang meninngal semua, gerbong III No. GR 10152 karena masih baru, para tahanan tidak mendapatkan tetesan air maupun udara sedikitpun. Gerbong tersebut merupakan gerbong barang dan tidak mempunyai fentilasi udara yang dijadikan alat transportasi dari Bondowoso -Surabaya.
Terdapat tiga rangkaian gerbong kereta api barang yang dijadikan monumen dan merupakan gerbong asli pada masanya, satu gerbong berada di museum Brawijaya di Kota Malang. Alun-alun Bondowoso dan satunya lagi berada di Gedung Juang DHD 45 di Kota Surabaya. Hingga sekarang, Gerbong maut tersebut masih utuh keberadaannya,
Pada Sabtu, 23 November 1947 pukul 04.00 WIB, sebanyak 20 orang rakyat desa, 30 orang dari kelaskaran rakyat dan gerakan bawah tanah, 30 orang anggota TRI dan 20 orang tahanan rakyat serta polisi dibangunkan secara kasar lalu dikumpulkan di depan penjara. Pukul 05.30 WIB tahanan tiba di Stasiun Kereta Api Bondowoso. Sebanyak 32 orang masuk gerbong pertama yang bernomor GR 5769; 30 orang ke gerbong kedua yang bernomor GR 4416, sisanya berebutan masuk ke gerbong yang terakhir bernomor GR 10152 karena panjang dan masih baru. Setelah menempuh perjalanan selama 16 jam, Gerbong Maut sampai di Stasiun Wonokromo. Jam menunjukkan pukul 20.00 WIB. Setelah didata, di gerbong I No. GR 5769 sebanyak 5 sakit keras, 27 orang sehat tapi kondisi lemas lunglai, Gerbong II No. GR.4416 sebanyak 8 orang meninggal, 6 orang sehat, dan di Gerbong III No. GR. 10152 seluruh tawanan sebanyak 38 orang meninngal semua, gerbong III No. GR 10152 karena masih baru, para tahanan tidak mendapatkan tetesan air maupun udara sedikitpun. Gerbong tersebut merupakan gerbong barang dan tidak mempunyai fentilasi udara yang dijadikan alat transportasi dari Bondowoso -Surabaya.
Terdapat tiga rangkaian gerbong kereta api barang yang dijadikan monumen dan merupakan gerbong asli pada masanya, satu gerbong berada di museum Brawijaya di Kota Malang. Alun-alun Bondowoso dan satunya lagi berada di Gedung Juang DHD 45 di Kota Surabaya. Hingga sekarang, Gerbong maut tersebut masih utuh keberadaannya,
Foto diatas adalah gerbong III No. GR. 10152 yang terletak di area musem gedung juang 45
Kegiatan - Kegiatan DHD 45 Jawa Timur
Selain Museum, DHD 45 juga aktif dalam kegiatan-kegiatan kejuangan di dalam masyarakat, mulai dari sosialisasi JSN hingga kegiatan-kegiatan lain yang bersinergi dengan pemerintah, selengkapnya.......